Beberapa tahun belakangan ini begitu marak usaha kuliner berbahan dasar jamur tiram, yang paling menjamur yaitu seperti cemilan jamur crispi, ataupun produk olahan lainnya dendeng jamur,sate jamur bahkan rendang jamur. Tingginya minat masyarakat yang ingin mengolah makanan berbahan dasar jamur ini sebagai sumber penghasilan kadang tidak diikuti oleh pasokan ketersediaan jamur segar dipasaran. Apalagi jika permintaan produk olahan jamur yang sedang dikembangkan meledak dipasaran.
Cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan pasokan jamur segar yaitu dengan membudidayakannya sendiri. Membudidayakan bukan berarti harus melakukannya dari nol, tapi bisa dilakukan dengan memesan baglog yang sudah siap panen, dimana kita hanya tinggal melakukan perawatan penyiramannya saja. Kalaupun hasil panen jamur segarnya tidak sempat diolah, dapat dilempar kepasaran. Harga pasaran jamur segarpun cukup menggiurkan, di pasar tradisional Bekasi dan Tangerang harganya mencapai Rp. 20.000- an/kilo.
Bagi yang ingin memahami usaha budidaya jamur tiram dari nol, dari mulai pembuatan bibit indukan (F0, F1, F2) sampai penanaman ke baglog (mungkin suatu saat ingin membuat kumbung yang lebih besar sebagai lumbung pasokan jamur segar yang anda butuhkan), simak pemaparan berikut ini.
Tempat budidaya jamur yang di kenal dengan kumbung/rumah jamur memiliki syarat setidaknya dapat menaungi jamur dari terpaan sinar matahari langsung, air hujan, dan gangguan hama serangga yang dapat merusak hasil jamur segar.
Kumbung dapat bertempat di dalam ruangan (menggunakan ruang kamar yang tidak terpakai) maupun luar ruangan (loby/pelataran rumah atau di halaman dekat dengan naungan pohon rindang). Kumbung kecil di sini hanya berupa rak-rak dari bambu untuk meletakkan baglog. Jika berada di halaman hendaknya kumbung terlindungi dengan beratapkan terpal dan berdindingkan paranet.
- Persiapan Pembuatan Bibit Indukan Jamur
Pengetahuan mengenai pembuatan bibit indukan jamur (F0, F1, F2) menjadi hal yang sangat perlu diketahui bagi yang ingin membudidayakan jamur tiram dalam skala besar,. Setidaknya Anda tidak akan tertipu dengan kualitas bibit dipasaran yang tidak jelas asal usulnya (kecuali Anda membeli ditempat yang sudah terbukti kualitas bibit dan baglognya), dipasaran banyak sekali bibit F0 yang sudah diturunkan/diremajakan berkali-kali. Maksudnya disini F0 diperbanyak dari penurunan F0 yang sebelumnya telah dibuat, begitu seterusnya, atau bisa jadi dari bibit F2/F3 dijadikan sumber induk F0 kembali. Dari sumber bibit indukan yang jelas asal-usulnya inilah kualitas jamur segar hasil panen dan baglog ditentukan.
a. Pembuatan Bibit F0
Bibit indukan F0 dibuat dengan teknik laboratorium yang dinamakan teknik kultur jaringan, yaitu dengan menggunakan sebagian kecil jaringan tubuh jamur untuk ditanamkan kedalam media tumbuh. Media tumbuh yang umum digunakan dalam usaha budidaya jamur dikenal dengan PDA (Potato Dekstrose Agar). PDA ini berbahan dasar sari pati kentang (potato), gula dekstrosa (dekstrose), dan agar-agar (agar), itulah mengapa media ini dikenal dengan nama PDA.
Dalam skala laboratorium, media PDA ditempatkan dalam wadah seperti cawan petri atau tabung reaksi. Jika secara tradisional/produksi rumahan, wadahnya dapat berupa botol pipih bekas madu.
Cara membuat PDA yaitu, pertama kentang (150 gr) dipotong berbentuk dadu, rebus dalam air 500 ml sampai tekstur kentang menjadi lembek. Kemudian saring air hasil rebusan kentang, setelah itu tambahkan agar-agar putih sebanyak 7 gr, aduk secara merata supaya tidak menggumpal. Lalu tambahkan 10 gr gula dekstrosa. Setelah itu tuang adonan tersebut kedalam wadah botol pipih. Tutup mulut botol dengan kapas, kemudian dilapisi oleh plastik/kertas
Media PDA F0
Setelah proses sterilisasi selama +/- 40 menit, dan setelah uap air di dalam presto telah habis, barulah media PDA dikeluarkan. Keesokannya media PDA sudah dapat ditanamkan kultur jaringan jamur tiram.
Dalam penanaman jaringan jamur, bagian yang sering digunakan yaitu bagian leher. Penanaman dilakukan di ruangan berupa kotak kaca atau yang lebih dikenal dengan nama laminar, yang didalamnya sudah harus siap sedia Bunsen/perapian. Semua harus dalam kondisi aseptik/bersih. Jadi selalu siapkan alkohol 70% sebagai pembersih laminar dan pembasuh tangan untuk membunuh bakteri yang dapat menyebabkan kontaminasi dalam penanaman bibit. Pinset, pisau/cutter sebagai alat pemotong dan pengambilan jaringan pun harus aseptik.
Laminar skala lab
Laminar tradisional
Setelah penanaman jaringan jamur selesai, hasil pertumbuhan dapat dipantau, jika media PDA telah ditumbuhi oleh penampakan benang-benang halus berwarna putih (miselium) di sekitar jaringan jamur, maka penanaman Anda telah berhasil, namun jika ada lendir-lendir ataupun bercak-bercak hijau ataupun hitam di media PDA, berarti telah terjadi kontaminasi, dan gagal hasilnya. PDA akan penuh oleh miselium kurang lebih dalam waktu 3 minggu.
b. Pembuatan Bibit F1
Setelah selesai tahap pembuatan bibit F0, maka langkah selanjutnya yaitu pembuatan bibit F1. Media tanam dalam pembuatan bibit F1 yang umum digunakan yaitu biji jagung. Selain jagung bahan yang juga dapat digunakan yaitu gabah, sorgum, jawawut, dan milet. Tahap pembuatan bibit F1 dimulai dengan cuci bersih biji jagung yang akan digunakan, buang semua hama serangga, biji jagung rusak dan sampah sisa bonggol jagung yang tertinggal untuk menghindari kontaminasi media.
Bahan jagung, gabah, milet
Setelah dibersihkan, rebus biji jagung selama 10-15 menit, kemudian kering anginkan jagung dengan cara menempatkan pada nampan/wadah datar, supaya air hasil rebusan dapat dipisahkan. Taburkan beberapa bahan tambahan seperti gula dekstrosa dan kapur tanah. Tahap terakhir yaitu mengemasnya dalam wadah berupa botol bekas saus ataupun bekas wadah selai. Jika menggunakan botol bekas saus jangan lupa menutupnya dengan tambahan sumbatan kapas, lalu lapisi dengan plastik.
Tahap selanjutnya yaitu sterilisasi. Prosesnya sama dengan sterilisasi PDA diatas. Jika Anda sudah memiliki bibit F0 full miselium, Anda dapat mensterilkan media F2 dan PDA secara bersamaan dalam satu waktu.
Setelah selesai sterilisasi, keesokannya bibit F1 full miselium dapat Anda turunkan/tanamkan ke media F2. Tahap penanamannya juga sama dengan F1, hanya saja sekarang yang akan ditanam sudah berupa miselium yang tumbuh di PDA. Congkel sebagian kecil PDA beserta miseliumnya dengan spatula lalu pindahkan ke media F2. Semua proses harus selalu dekat dengan api/Bunsen.
Proses penanaman bibit F1 jamur
Miselium hasil penanaman bibit F1 akan memenuhi/menyelubungi media jagung kurang lebih dalam waktu 2-3 minggu.
Perkembangan miselium jamur pada media jagung
Dari bibit F1 ini sebenarnya sudah dapat ditanamkan langsung kedalam baglog tanpa harus melanjutkan ke tahap pembibitan F2
c. Pembuatan Bibit F2
Bagi petani jamur tiram, untuk menekan biaya media jagung yang agak tinggi, dan memperbanyak stok bibit tanam ke baglog, maka dibuatlah perbanyakan bibit F2. Media tumbuh F2 berupa campuran jagung hancur yang telah mengalami perebusan dengan serbuk kayu, kapur tanah dan dedak, dengan komposisi 2:1.
Setelah campurannya selesai, maka tahap selanjutnya sama seperti proses pembuatan F2, pengemasan, sterilisasi dan penanaman bibit. Bibit yang sekarang digunakan untuk diturunkan yaitu bibit F1 yang telah full miselium. Proses penurunannya pun sama dengan pembuatan F1.
Sterilisasi media bibit F2 dapat dilakukan dalam drum
bersamaan dengan baglog
Perkembangan miselium jamur bibit F2
Baglog merupakan media terakhir dalam tahap budidaya jamur tiram. Baglog ini jika diibaratkan dalam dunia tanaman, yaitu media tanah yang penuh unsur hara sebagai media tumbuh dan berkembangnya jamur tiram. Media baglog merupakan campuran dari serbuk gergaji halus, kapur tanah, dedak, dan air sebagai perekat adonan. Komposisinya sebanyak 15% untuk dedak, dan 2% kapur tanah dari jumlah banyaknya serbuk gaji yang digunakan. Setelah semua bahan mengalami pencampuran, selanjutnya dilakukan pengepakan ke dalam plastik PP tahan panas.
Pembuatan baglog jamur
Baglog-baglog yang telah terkemas rapih selanjutnya disterilisasi. Berbeda dengan sterilisasi dalam pembuatan media F0, F1, F2, sterilisasi baglog menggunakan drum yang tertutup rapat. Sterilisasi dilakukan selama 2 jam. Keesokan harinya media baglog siap untuk ditanamkan bibit F1 ataupun F2. Proses penanaman bibit ke dalam baglog juga harus selalu dekat dengan api. Setelah penanaman selesai tahap selanjutnya meletakkan baglog secara berdiri pada rak-rak bambu dalam kumbung. Miselium pada baglog akan penuh dalam jangka waktu 3-4 minggu.
Drum sterilisasi baglog
Penempatan baglog dalam drum sterilisasi
Baglog yang full miselium sudah dapat diperlakukan layaknya merawat tanaman, yaitu dengan melakukan penyiraman. Sebelumya baglog full miselium diletakkan dalam kumbung dengan posisi tertidur dan ditumpuk sebanyak 3-4 tingkat. Untuk hasil panen yang maksimal, air yang digunakan untuk penyiraman baglog dapat ditambahkan pupuk organik cair.
Penempatan baglog pada rak
Pemanenan jamur tiram
Jatayutm
Praktisi budidaya dan pembuatan bibit jamur tiram
08179163724
Baca juga:
Praktisi budidaya dan pembuatan bibit jamur tiram
08179163724
Baca juga: